Miracle Center City, Januari 20XX….
Sudah 3 jam aku menunggu di sini, udara dingin yang menusuk takku hiraukan. Hanya untuk bertemu sang idolaku, Navi, penyanyi muda penuh bakat kebanggaan Rêver Country. Sudah 2 tahun ini aku mengidolakannya sejak ia pertama kali debut. Awalnya aku tidak begitu terpesona olehnya, tapi karena kejadian tak yang sengaja pandanganku mulai berubah. Hari ini sudah berniat untuk mendapatkan tandatangannya dan menanyakan apa dia masih ingat kejadian waktu itu. Semoga dia bisa membalas perasaanku.
Buku harian sang Little Bee…
“Kyyaaaaa!!!! NAAAAVIIIIIII!!!!” seru sekumpulan orang yang histeris ketika sang Navi naik ke panggung dan menemui para penggemarnya. Navi menyapa para penggemarnya dan mengatakan beberapa embel-embel tentang acara tanda tangannya yang pertama ini. Lalu, antrian penggemar yang ingin meminta tandatangannya pun di mulai.
“Halo!” sapa Navi pada seorang penggemar.
“Ha…halo juga Na…Navi…” jawabnya.
“Bolehkah aku tandatangani CD yang kau bawa?”pinta Navi.
“Dengan se…senang ha..hati. Bisakah kau tu…tulis “Untuk Little Bee terkasih.” ?” pinta penggemarnya itu.
“Yah sesuai keinginanmu Little Bee.”jawab Navi dengan penuh senyum.”Here you want.”
“Te..terimakasih, Navi bolehkah aku bertanya?”
“Baiklah, tapi jangan lama-lama ya? Yang lainnya menunggu.”kata Navi sambil mengerlingkan matanya, keahliaanya sejak debut.
“Masih ingatkah kejadian 2 tahun lalu saat kau di toilet kau menyelamatkan seseorang di hari kau sedang mempromosikan album kedua?”
“Maaf aku tidak ingat. Tapi waktu itu kau pasti sangat manis.”kata Navi membelai lembut wajah penggemarnya. Tapi belum sempat penggemarnya itu bertanya lagi, para bodyguard sudah menyeret penggemarnya itu turun dari panggung sambil menyerukan nama NAVI.
Acara tandatangan Navi berlangsung kurang lebih 2,5 jam dan akan dilanjutkan selama 1 jam setelah jam makan siang.
“Ah capeknya~ pak manajer apa kau punya rokok?”tanya Navi.
“Punya, tapi sebaiknya kau jangan merokok dulu. Aku takut nanti suaramu berubah.”jawab manajernya, tegas.
“Ah payah. Aku ingin cepat-cepat selesai. Acara ini terlalu membosankan.”gerutu Navi.
“Oh ya bagaimana menurutmu tentang penggemarmu yang bernama…”pak manajer mencoba mengingat,”Ah Little bee itu?”
Navi memukul wastafel dengan kesal dan menggerutu,”Hanya manusia tak berguna dengan masa depan yang buruk. Aku sih nggak masalah dengan penggemar-penggemarku selama ini, tapi kali ini aku tidak begitu tertarik. Anak itu benar-benar tidak pernah berkaca di cermin mungkin. Sudah gendut seperti babi, laki-laki pula, ia sudah seperti penjahat kelamin. Mungkin ia lebih cocok dijadikan samsak tinju di rumahmu pak manajer? Hahahahahaha….”
Navi dan manajernya tertawa mengejek dan mereka tak sadar jika orang yang mereka bicarakan ada di dalam satu toilet dengan mereka. Mukanya merah padam, perasaan malu dan kesal bercampur aduk. Navi dan manajernya terbelalak melihat sosok besar yang sedang memandang mereka berdua dengan tajam.
“Aku kira kau orang yang baik Navi, tak kusangka kau begitu munafik. Aku akan membalas semua dan di saat itu kau yang akan tunduk padaku. Abeille, ingat itu.”ancam Abeille yang terbakar amarah.
Lalu, Abeille pergi meninggalkan Navi dan manajer yang terpaku. “Apa-apaan dia tadi?”kata manajer Navi yang sebal.”Jangan diambil, dia hanya seorang penggerutu saja. Hal itu tak ‘kan terjadi padamu, aku jamin.”
“Semoga saja.”jawab Navi agak ragu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar